![]() |
Seni bedor cianjur |
Kesenian tradisional bedor adalah kesenian yang biasa di pentaskan di hajatan, tetapi selain di pentaskan di hajatan kesenian bedor juga untuk memeriahkan atau memperingati hari hari besar nasional, khususnya 17 Agustusan (Hari merdeka republic Indonesia).
Pementasan itu sendiri diawali dengan wawayangan. Kemudian di
susul dengan banyolan para bodor dan di teruskan dengan berbagai adegan yang
menggambarkan cerita yang dibawakan. Lamanya pementasan sampai pagi (semalaman)
dan diiringi dengan alunan alunan lagu sunda yang sesuai dengan jalan ceritera
nya. Lagu nya antara lain adalah Awi Ngarambat (kidung), Slontongan (Geboy),dan
Odading (Polos Tomo).
Peralatan
yang di gunakan dalam seni bedor adalah seperangkat gendang(Dari gendang yang sangat
besar sampai gendang yang terkecil), terompet, biola, bedug, kecrek, dan ketuk.
Jumlah pemainnya ada 13 orang dengan rincian 1 orang sebagai
pemain gendang, 1 orang sebagai pemain terompet, 1 orang sebagai pemain biola,
1 orang sebagai pemain bedug, 1 orang sebagai pemain kecrek, 1 orang sebagai
pemain ketuk, 1 orang sebagai dalang, 2 orang sebagai ronggeng, dan 5 orang
sebagai pelawak.
Busana
yang di pakai oleh para pemain laki - laki berupa celana pangsi, baju
salomreng, iket (tutup kepala), sarung palekat, dan bebedogan (golok).
Sedangkan busana yang di pakai para pemain perempuan adalah baju
kebaya, kain batik, selendang, dan perhiasan lainnya. Dan hingga saat ini yang
berperan sebagai perempuan adalah laki – laki.
Meskipun kesenian bedor sangat digemari masyarakat banyak, namun
regenerasinnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seniman bedor sudah pada
uzur. Sementara regenerasinya pada enggan untuk mempelajarinya. Dan juga
ditambah dengan kurang nya masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk
menampilkannya pada gilirannya membuat kesenian ini menjadi senin – kamis,
malahan menjurus ke kepunahan.
Sebagai pencipta jangke tidak mau kesenian yang di ciptakannya
hilang ditelan bumi, ia menginginkan keseniannya tetap berkembang, untuk itu ia
mengkeder generasi penerus ialah Sartiko (Generasi Pertama), Punduh Oneng
(Generasi Kedua), Nisru (Generasi Ketiga), dan Beci (Generasi Keempat) yang
sampai sekarang masih menekuni kesenian ini.